Assalamualaikum, kali ini, perantau ingin mengabdikan Sebuah syair yang dikarang oleh Syeikh Hamzah Fansuri. Rangkap Syair sarat dengan nasihat, sebagaimana perahu sarat membawa ikan yang ditangkap oleh nelayan. Hayatilah, bait bait yang indah ini....
Inilah
gerangan suatu madah
mengarangkan
syair terlalu indah,
membetuli
jalan tempat berpindah,
di sanalah
i'tikat diperbetuli sudah
Wahai muda
kenali dirimu,
ialah perahu
tamsil tubuhmu,
tiadalah
berapa lama hidupmu,
ke akhirat
jua kekal diammu.
Hai muda
arif-budiman,
hasilkan
kemudi dengan pedoman,
alat perahumu
jua kerjakan,
itulah jalan
membetuli insan.
Perteguh jua
alat perahumu,
hasilkan
bekal air dan kayu,
dayung
pengayuh taruh di situ,
supaya laju
perahumu itu
Sudahlah
hasil kayu dan ayar,
angkatlah
pula sauh dan layar,
pada beras
bekal jantanlah taksir,
niscaya
sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua
alat perahumu,
muaranya
sempit tempatmu lalu,
banyaklah di
sana ikan dan hiu,
menanti
perahumu lalu dari situ.
Muaranya
dalam, ikanpun banyak,
di sanalah
perahu karam dan rusak,
karangnya
tajam seperti tombak
ke atas pasir
kamu tersesak.
Ketahui
olehmu hai anak dagang
riaknya
rencam ombaknya karang
ikanpun
banyak datang menyarang
hendak
membawa ke tengah sawang.
Muaranya itu
terlalu sempit,
di manakan
lalu sampan dan rakit
jikalau ada
pedoman dikapit,
sempurnalah
jalan terlalu ba'id.
Baiklah
perahu engkau perteguh,
hasilkan
pendapat dengan tali sauh,
anginnya
keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh
tempat berlabuh.
Lengkapkan
pendarat dan tali sauh,
derasmu
banyak bertemu musuh,
selebu rencam
ombaknya cabuh,
La ilaha
illallahu akan tali yang teguh.
Barang siapa
bergantung di situ,
teduhlah
selebu yang rencam itu
pedoman
betuli perahumu laju,
selamat
engkau ke pulau itu.
La ilaha
illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras
dan topan ribut,
hiu dan paus
di belakang menurut,
pertetaplah
kemudi jangan terkejut.
Laut Silan
terlalu dalam,
di sanalah
perahu rusak dan karam,
sungguhpun
banyak di sana menyelam,
larang
mendapat permata nilam.
Laut Silan
wahid al kahhar,
riaknya
rencam ombaknya besar,
anginnya
songsongan membelok sengkar
perbaik
kemudi jangan berkisar.
Itulah laut
yang maha indah,
ke sanalah
kita semuanya berpindah,
hasilkan
bekal kayu dan juadah
selamatlah
engkau sempurna musyahadah.
Silan itu
ombaknya kisah,
banyaklah
akan ke sana berpindah,
topan dan
ribut terlalu 'azamah,
perbetuli
pedoman jangan berubah.
Laut Kulzum
terlalu dalam,
ombaknya
muhit pada sekalian alam
banyaklah di
sana rusak dan karam,
perbaiki
na'am, siang dan malam.
Ingati
sungguh siang dan malam,
lautnya deras
bertambah dalam,
anginpun
keras, ombaknya rencam,
ingati perahu
jangan tenggelam.
Jikalau
engkau ingati sungguh,
angin yang
keras menjadi teduh
tambahan
selalu tetap yang cabuh
selamat
engkau ke pulau itu berlabuh.
Sampailah
ahad dengan masanya,
datanglah
angin dengan paksanya,
belajar
perahu sidang budimannya,
berlayar itu
dengan kelengkapannya.
Wujud Allah
nama perahunya,
ilmu Allah
akan [dayungnya]
iman Allah
nama kemudinya,
"yakin
akan Allah" nama pawangnya.
"Taharat
dan istinja'" nama lantainya,
"kufur
dan masiat" air ruangnya,
tawakkul akan
Allah jurubatunya
tauhid itu
akan sauhnya.
Salat akan
nabi tali bubutannya,
istigfar
Allah akan layarnya,
"Allahu
Akbar" nama anginnya,
subhan Allah
akan lajunya.
"Wallahu
a'lam" nama rantaunya,
"iradat
Allah" nama bandarnya,
"kudrat
Allah" nama labuhannya,
"surga
jannat an naim nama negerinya.
Karangan ini
suatu madah,
mengarangkan
syair tempat berpindah,
di dalam
dunia janganlah tam'ah,
di dalam
kubur berkhalwat sudah.
Kenali dirimu
di dalam kubur,
badan seorang
hanya tersungkur
dengan siapa
lawan bertutur?
di balik
papan badan terhancur.
Di dalam
dunia banyaklah mamang,
ke akhirat
jua tempatmu pulang,
janganlah
disusahi emas dan uang,
itulah
membawa badan terbuang.
Tuntuti ilmu
jangan kepalang,
di dalam
kubur terbaring seorang,
Munkar wa
Nakir ke sana datang,
menanyakan
jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya
lekat tiada terhisab,
badanmu remuk
siksa dan azab,
akalmu itu
hilang dan lenyap,
tanpa ada
tujuan yg tetap,
Munkar wa
Nakir bukan kepalang,
suaranya
merdu bertambah garang,
tongkatnya
besar terlalu panjang,
cabuknya
banyak tiada terbilang.
Kenali
dirimu, hai anak dagang!
di balik
papan tidur telentang,
kelam dan
dingin bukan kepalang,
dengan siapa
lawan berbincang?
La ilaha
illallahu itulah firman,
Tuhan itulah
pergantungan alam sekalian,
iman tersurat
pada hati insan,
siang dan
malam jangan dilalaikan.
La ilaha
illallahu itu terlalu nyata,
tauhid
ma'rifat semata-mata,
memandang
yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke
sana sekalian kita.
La ilaha
illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian
makhluk ke sana berpindah,
da'im dan
ka'im jangan berubah,
khalak di
sana dengan La ilaha illallahu.
La ilaha
illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan
malam jangan kau sunyikan,
selama hidup
juga engkau pakaikan,
Allah dan
rasul juga yang menyampaikan.
La ilaha
illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan
cahaya sekalian rusuh,
jin dan
syaitan sekalian musuh,
hendak
membawa dia bersungguh-sungguh.
La ilaha
illallahu itu kesudahan kata,
tauhid
ma'rifat semata-mata.
hapuskan
hendak sekalian perkara,
hamba dan
Tuhan tiada berbeda.
La ilaha
illallahu itu tempat mengintai,
medan yang
kadim tempat berdamai,
wujud Allah
terlalu bitai,
siang dan
malam jangan bercerai.
La ilaha
illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan
tauhid jangan berubah,
sempurnalah
jalan iman yang mudah,
pertemuan
Tuhan terlalu susah.
No comments:
Post a Comment